Dosen Unigoro Teliti Potensi Desa Pesisir di Tuban untuk Pertumbuhan Ekonomi
Dosen Unigoro Teliti Potensi Desa Pesisir di Tuban untuk Pertumbuhan Ekonomi

BOJONEGORO – Reza Angga Pratama, SE., MM., dosen manajemen ritel Universitas Bojonegoro (Unigoro), merampungkan risetnya tentang potensi desa pesisir untuk pertumbuhan ekonomi. Riset ini merupakan bagian dari penelitian dosen pemula (PDP) yang berjudul Analisis Potensi Desa Pesisir Karangagung, Kabupaten Tuban, untuk Pertumbuhan Ekonomi Desa Melalui Faktor-faktor Blue Economy. Penelitian tersebut didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2024.


Reza dan timnya mengamati desa-desa pesisir pantai memiliki potensi sumber daya kelautan yang melimpah. Potensi ini dapat dikembangkan dan mewujudkan misi Desa Karangagung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, menjadi desa berkelanjutan melalui faktor blue economy. “Riset yang kami lakukan selaras dengan SDGs ke 14, upaya untuk melestarikan dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan samudera secara berkelanjutan. Ternyata faktor blue economy juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Desa Karangagung,” terangnya, Selasa (15/10/24).


Pria berkacamata ini melanjutkan, ada beberapa faktor pendukung blue economy yang memiliki pengaruh penting terhadap pertumbuhan ekonomi di Desa Karangagung. Antara lain tenaga kerja, modal, teknologi, dan pendapatan. Menurut Reza, secara umum warga desa yang berprofesi sebagai nelayan pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Pendapatan nelayan di Desa Karangagung berkisar Rp 2 Juta hingga Rp 3 Juta per bulan. Setelah melaut, ikan-ikan hasil tangkapannya langsung dijual lepas ke tengkulak. Pendapatannya sangat tergantung dari hasil dari melaut. Sementara di sana sentra pengolahan ikannya masih sedikit,” paparnya.


Selain mengamati kondisi di lapangan, Reza dan tim riset menggelar focus group discussion (FGD) pada 6 Agustus 2024 bersama komunitas nelayan dan Pemdes Karangagung. Kesimpulan dari diskusi tersebut, nelayan yang memiliki alat tangkap yang lengkap berpeluang mendapatkan income lebih banyak. Selain itu, hasil tangkapan nelayan masih bisa diolah lagi menjadi teri atau ikan asin, abon, hewan peliharaan, dan sebagainya. “Ada dua sumber pendapatan bagi nelayan. Pertama, menjual hasil tangkapan ikan segar ke tengkulak. Kedua, pengolahan hasil ikan. Sehingga pertumbuhan ekonomi di Desa Karangagung tetap berjalan,” lanjutnya.

Akademisi asal Jogja ini berharap, hasil risetnya menjadi wacana bagi desa-desa pesisir lainnya untuk semakin mengembangkan potensi kelautan yang ada. Demi lestarinya laut dan mewujudkan desa berkelanjutan. (din)



Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)