BOJONEGORO – Oktavianus Cahya Anggara, ST., M.Sc., kaprodi ilmu lingkungan Universitas Bojonegoro (Unigoro), mengungkap keberadaan pohon mangga di desa penghasil migas efektif menyerap karbon puluhan kilogram (kg) per tahun. Temuan ini bagian dari penelitian dosen pemula (PDP) yang berjudul Evaluasi Kemampuan Penyerapan Karbon pada Program Penghijauan Guna Mendukung Pariwisata Berkelanjutan di Desa Sukoharjo, Bojonegoro. Penelitian tersebut didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2024.
Lapangan Kedung Keris di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, mampu memproduksi minyak hingga 20 juta barel per hari. Jumlah emisi karbon yang dihasilkan juga tak kalah banyak, sekitar 2,11 juta megaton per tahun. Oktavianus mengatakan, sejak bulan Februari dia dan Pemdes Sukoharjo telah mencanangkan program konservasi lingkungan. “Tapi bukan sekedar penghijauan. Melainkan penghijauan yang diupayakan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat. Saya meneliti tanaman dan vegetasi apa saja yang sekiranya cocok ditanam di Desa Sukoharjo untuk menyerap emisi karbon. Tetapi tanaman tersebut harus potensial dari sisi ekonominya. Mengingat keberadaan Lapangan Kedung Keris belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan warga Desa Sukoharjo,” terangnya, Senin (21/10/14).
Oktavianus telah meneliti 620 pohon dari 39 jenis vegetasi yang ada di Desa Sukoharjo. Penelitian ini hanya difokuskan pada pohon berdiameter lebih lima sentimeter. Metode pengukuran karbon yang diterapkan non destruktif tanpa merusak pohon. Langkah-langkahnya dimulai dari mengukur diameter batang setinggi dada, kemudian dikalikan dengan faktor konversinya sehingga diketahui faktor biomassa. “Biomassa itu makanannya adalah karbon dioksida yang terserap menjadi tubuh pohon dengan satuan kilogram. Nah, bobotnya pohon mencerminkan seberapa banyak karbon dioksida yang terserap oleh pohon. Misalnya biomassa atau bobot pohon 100 kg. Karbonnya berapa kg? 46 persen kandungan biomassa pohon adalah karbon. Setelah diketahui jumlah serapan karbonnya, kami membandingkan daya serap karbon tiap pohon mana yang paling tinggi dan bernilai ekonomis. Ternyata yang cocok ditanam di Desa Sukoharjo adalah pohon mangga. Karena terbukti menyerap karbon lebih tinggi,” paparnya.
Oktavianus
melanjutkan, pohon mangga di desa penghasil migas ini dapat menyerap 79,68 kg karbon
per tahun. Saat ini pohon mangga didominasi tumbuh di sekitar timur area penghijauan
Desa Sukoharjo seluas 25 hektar. Dia berharap, program penghijauan berikutnya diprioritaskan
penanaman pohon mangga di area bagian barat dan tengah. “Saat masa panen, buah
mangganya dapat dijual untuk menambah pendapatan masyarakat. Kami sudah berdialog
dengan Pemdes Sukoharjo tentang hasil penelitian tersebut dan berharap
masyarakat di desa setempat termotivasi menanam mangga. Dalam waktu dekat ini,
kami juga akan menyosialisasikan hasil penelitian kepada masyarakat,” tandasnya.
(din)
Tulis Komentar