Soroti Isu Mikroplastik, Dosen Kimia Unigoro Gunakan Detektor Sintesis Ramah Lingkungan
Soroti Isu Mikroplastik, Dosen Kimia Unigoro Gunakan Detektor Sintesis Ramah Lingkungan

BOJONEGORO – M. Bakhru Thohir, S.Si., M.Sc., kaprodi kimia Universitas Bojonegoro (Unigoro), berhasil mendeteksi mikroplastik dalam air menggunakan detektor sistesis ramah lingkungan. Temuan ini bagian dari penelitian dosen pemula (PDP) yang berjudul Green Synthesis Nanopartikel Emas sebagai Kandidat Detektor Kolorimetri Sensor Mikroplastik. Penelitian tersebut didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2024.


Bakhru menuturkan, isu mikroplastik banyak disoroti oleh akademisi dan aktivis lingkungan. Mengingat banyak sampah-sampah plastik ditemukan mengambang di laut, bahkan ikan-ikan di Bengawan Solo juga mengandung mikroplastik. Mikroplastik kini menjadi polutan baru dan berbahaya. “Nah plastik itu sifatnya hidrofobik, tidak suka air, tapi suka pada minyak. Plastik kalau sama air tidak bisa menyatu, tapi plastik bisa berinteraksi dengan minyak. Fatalnya adalah di fase mikro, sifat plastik tidak bisa hilang. Sehingga (mikroplastik) bisa masuk ke dalam tubuh, lalu menggumpalkan lemak dalam tubuh. Kita perlu membuat metode deteksi baru yang bisa mengetahui apakah di suatu lingkungan kelebihan mikroplastik atau tidak. Salah satu caranya menggunakan detektor sistesis ramah lingkungan,” tuturnya, Selasa (22/10/24).



UJI MIKROPLASTIK: M. Bakhru Thohir, S.Si., M.Sc., meneliti Green Synthesis Nanopartikel Emas sebagai Kandidat Detektor Kolorimetri Sensor Mikroplastik.


Bakhru melanjutkan, dia menggunakan green synthesis nanopartikel emas sebagai detektor mikroplastik. Diksi green synthesis dipilih untuk mengenalkan sintesis ramah lingkungan dan menggunakan bahan-bahan terbarukan.


Riset dilakukan selama tiga bulan. Bakhru menunjukkan dua botol kaca berisi air bercampur nanopartikel emas. Setelah ditetesi aseton, dua cairan tersebut menunjukkan reaksi berbeda. “Ada satu botol yang ditetesi aseton justru nanopartikel emasnya menggumpal, tandanya air itu tidak mengandung mikroplastik. Sedangkan satu botol lainnya ditetesi aseton nanopartikel emasnya jadi bercampur, tandanya air ini mengandung mikroplastik,” jelasnya sembari menunjukkan hasil eksperimennya.

Meskipun risetnya berhasil mendeteksi mikroplastik dalam air, Bakhru menganjurkan aktivitas ini tidak dilakukan di rumah. Praktik deteksi mikroplastik menggunakan green synthesis nanopartikel emas harusnya dilakukan oleh PDAM atau perusahaan-perusahaan supplier air minum. “Supaya sebelum air yang didistribusikan ke masyarakat bisa dipastikan bahwa itu tidak mengandung mikroplastik,” pungkasnya. (din)



Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)