BOJONEGORO – Universitas Bojonegoro (Unigoro) menggelar seminar kepenulisan yang diikuti ratusan mahasiswa pada Rabu (20/9/2023). Kampus ini mengundang tiga penulis kelahiran Bojonegoro. Yakni Teguh Haryono, Soesi Sastro, dan Wina Bojonegoro. Seminar tersebut dimoderatori oleh Ketua Program Studi (Kaprodi) Kimia Unigoro, M. Bakhru Thohir, S.Si., M.Sc.
Menurut Teguh, siapapun bisa menjadi penulis. Seperti dirinya yang memiliki background sebagai insinyur, akhirnya banyak menulis tentang artikel ilmiah dan jurnal yang dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional. “Ada empat hal penting untuk menjadi penulis. Pertama, jangan pikirkan teori menulis. Kedua, berlatihlah menulis hal-hal yang ringan. Ketiga, jangan menulis sesuatu yang tidak dikuasi. Dan keempat, style menulis itu bisa datang dengan sendirinya,” tuturnya di hadapan mahasiswa.
Hal senada juga disampaikan oleh Soesi. Eks Public Relation Perum Perhutani ini membeberkan cara menulis artikel untuk media massa. Soesi menjelaskan penulis terlebih dahulu membuat struktur artikel yang terdiri dari tema, judul yang bisa merangkum isi tulisan keseluruhan, lead atau rangkuman gagasan penting di paragraf pertama, dan tubuh tulisan. Jika digambarkan, teknik penulisan artikel adalah piramida terbalik. “Nah, di sinilah penulis harus PD (percaya diri) dan memosisikan dirinya sebagai pembaca. Dan yang terpenting, anda akan bisa menulis jika anda banyak membaca,” jelas penulis bernama asli Susetyaningsih Sastro Prawiro.
Sementara itu pada materi tentang kepenulisan fiksi yang disampaikan oleh Wina, dia mengungkapkan modal utama menulis cerita pendek (cerpen) dan novel adalah ide atau gagasan. “Kalau ingin jadi penulis, jadilah penulis yang kaya akan gagasan. Kemudian kita harus bisa merumuskan premis atau intisari cerita dalam satu kalimat” ungkapnya.
Wina menambahkan, menulis fiksi memiliki banyak manfaat. Di antaranya penulis wajib riset objek cerita, belajar open minded, dan mengendalikan stress. Selain itu, jika penulis ingin memublikasikan karyanya di media massa, maka dia harus bisa membuat judul dan paragraf pertama yang menarik. Ditambah memiliki originalitas gaya bercerita, serta mampu mengolah alur dan plot cerita. “Bacalah sehari satu cerpen saja. Nanti akan bisa menulis cerpen dengan sendirinya,” pungkas penulis yang melahirkan 12 buku selama pandemi. (din)